Jumat, 25 Juni 2021

TEMBANG MOCOPAT WEJANGAN KESEMPURNAAN HIDUP

 

WEJANGAN KESEMPURNAAN HIDUP DALAM

TEMBANG MOCOPAT

 


Ini merupakan seni sastra Manusia Jawa dengan Tembang Mocopat. Serat Bimapaksa ditulis dalam bentuk tembang mocopat. Adapun tembang mocopat patokannya sebagai berikut:

·         Guru gatra: jumlah larik setiap tembang.

·         Guru wilangan: jumlah suku kata setiap lankah.

·         Guru lagu: suara suku kata akhir setiap larik.

Cara pembacaannya juga tidak sekedar dibaca, tetapi dengan dilagukan atau ditembangkan. Pembacaan tembang mocopat harus memperhatikan pedhotan (melodi).

Pedhotan adalah perhentian suara, jeda, caesura dalam larik – larik tembang mocopat. Aturan pedhotan ini ada dengan tujuan agar dalam melagukan tembang mocopat dapat lancar. Jenis pedhotan ada 2 yaitu:

1.          pedhotan kenceng atau keras = penggalan kata

2.          pedhotan kendho atau longgar = penggalan antara dua kata.

 

Masing – masing tembang mocopat mempunyai sifat dan kegunaan masing –masing yaitu:

1.       Tembang Pucung, sifatnya: mempunyai makna seenaknya, bersendau-gurau. Gunanya: untuk kelakar, teka – teki lucu, petuah.

2.       Tembang Mijil, sifatnya: gandrung – gandrung, prihatin. Gunanya: mengungkapkan rasa prihatin.

3.       Tembang Maskumambang, sifatnya: susah, merana, prihatin. Gunanya: mengungkapkan rasa susah.

4.      




Tembang Kinanthi, sifatnya: mengandung makna pengharapan gandrung. Gunanya: mengungkapkan rasa susah karena cinta.

 

1.       Tembang Durma, sifatnya: tegang, marah, dendam. Gunanya: untuk peringatan, peperangan, menantang.

2.       Tembang Asmaradana, sifatnya: sengsem, marah, dendam. Gunanya: mengungkapkan rasa susah karena cinta.

3.       Tembang Pangkur, sifatnya: gandrung, tegang. Gunanya: memberi peringatan.

4.       Tembang Sinom, sifatnya: sederhana, susah. Gunanya: untuk nasihat, mengungkapkan rasa susah.

5.       Tembang Dhandhanggula, sifatnya: luwes, manis, serba cocok. Gunanya: untuk nasihat, mengungkapkan rasa sedih, buat permulaan gendhing.

6.       Tembang Megatruh, sifatnya: susah, menyesal sekali. Gunanya: untuk mengungkapkan rasa susah.

7.       Tembang Gambuh, sifatnya: menerangkan, menjelaskan. Gunanya: untuk mengajar dengan keterangan.

 

Tembang kadang kala tidak jelas atau tidak tersurat sebutannya, tapi tersirat dalam kumpulan kata atau kalimat. Berikut kata kalimat yang menunjukkan nama tembang, contoh:

 

Kanthi

Asmara Megat Manis Pucang Mungkur Mundur Anom Tambuh Kumambang

Wail

= kinanthi

= asmaradana

= megatruh

= dhandhanggula

= pucung

= pangkur

= durma

= sinom

= gambuh

= maskumambang

= mijil

 

Mengingat tembang mocopat merupakan sastra Jawa yang luhur maka, kami akan pilihkan tembang – tembang mocopat yang bisa sebagai tuntunan manusia Jawa (khususnya) dan manusia Indonesia dan manusia dunia (umumnya) dalam Serat Bimapaksa dan tembang lain yang ditulis para pujangga sastra Jawa seperti R.Ng. Ronggowarsito, K.G.P.A.A. Mangkunegara IV dan pujangga lainnya, yang ada hubungannya dengan ilmu Mengenal Diri.





Dalam bahasa Jawa ada istilah:

 LEBIH LANJUT DOWNLOAD PDF TENTANG TEMBANG MOCOPAT

 

Sastra Jendra Ilmu Pengendali Knowing the Self MENGENAL DIRI

 

Sastra Jendra

Ilmu Pengendali

Knowing the Self 
MENGENAL DIRI

© Copyright by KISS June 2010

Title: SASTRA JENDRA Ilmu Pengendali Knowing The Self Mengenal Diri

 

Writer                 : Achmad Baihaqi, M.Sc.

Lay-outer            : Vanity Cover  

Designer             : Jocelyne

 

Book size            : 16 x 21 Cm

 

First Edition, January 2009

Second Edition, June 2010 (Revised)

 

BAIHAQI, Achmad

Sastra Jendra – Ilmu Pengendali Knowing The Self Mengenal Diri

Kediri International Schools, Research & Development Dept Kediri – East Java – Indonesia, 2010 xii + 237 pages Illustration 21 Cm. Bibliography: Page 235

 

ISBN

 

 

 

Any reproduction for sale without early permission is prohibited

Published and distributed by:

Centre for Applied International Language Education

“KEDIRI INTERNATIONAL SCHOOLS”

Wisma Podo Moro A3 no 1 Sukorame – Kediri

East Java – Indonesia

Cellular Phone: 08563482742

 

 

 Acknowledgement

I am very much grateful to Forum Aku Cinta Indonesia (FACI) Non Governmental Organization in supporting this book, especially to Mr. Moh. Agus Hasanuddin,S.Ag. S.Pdi. who has given facilities and aids to complete this book, and Eyang Unggul Bawono, the adviser of FACI for the first edition.

I also would like to appreciate all my beloved family, especially wife and daughters, Nia and Mada for their encouragements in completing this book in two-month writing.

Finally, I would like to express my gratitude to all of my friends who I cannot mention them all one by one.

 

Kediri, Jan 2009 Author,

 Acknowledgement

In this second edition, I would like to appreciate to all of the readers, who have given such a positive responses for the contents of the book. They admit that this book has given much inspiration and new horizons of broadminded knowledge for readers in comprehending the Javanese cultures and traditions.

Thanks so much the positive responses, please accept my gratitude to all readers that I cannot mention in details.

May this book still give much more knowledge and useful information for the better life in this archipelago “Nusantara”.

 

Kediri, June 2010 Regards,

 

 

Kata Pengantar

Budaya Jawa pranataning uripe wong Jawa nuju kasampuraning jalma manungsa. Pranatan iki tegese pangerten lan cara. Pangerten bab urip nuduhake sapa sejatinging manungsa iku, jejer lan kewajibane. Dene cara nuduhake pakeming tumindak ing purwa, madya lan wusana ning kahanan. Uripe wong Jawa tansah njaga larasing swasana. Dadi kabeh perangane urip kaya ta pribadine dhewe, liyan, alam lan apa wae sing ana sakliyane dheweke kudu isa nampa lan nyengkuyung budine sing nuju marang kasampurnaning urip.

Wong Jawa iku nduwé watek utawa karakter sing sumberé saka kahanan "slamet", dadi kabèh sing dilakoni kudu nglairake kahanan sing sarwa slamet. Kahanan iki mung bisa digayuh yèn kabèh pasangan (urip mati, lanang wadon, awan bengi lan liya-liyané) bisa harmonis. Kanggo njaga kahanan bèn tetep harmonis, wong Jawa kudu bisa ngoncati masalah sing bisa ngganggu kaharmonisan lan uga kudu isa isa ngatasi masalah kanggo mbalèkaké kaharmonisan sing wis keganggu. Tujuan pungkasan urip harmonis iku kanggo nggayuh cita-cita utama wong Jawa yaiku manunggaling kawula lan Gusti. Tujuan iki bisa digayuh yèn wong Jawa bisa dadi menungsa sing utuh utawa dadi Aji saka liwat ajaran Kalimasada.

Dalam penulisan buku SastraJendra – Ilmu Pengendali, Knowing the Self Mengenal Diri ini penulis banyak menekankan pentingnya memahami budaya asli nusantara khususnya Jawa dari perspektif filosofi hidup manusia Jawa melalui ungkapan kata sehari – hari orang Jawa, seperti Ojo Dumeh, Andap Asor, Sepi ing Pamrih dan sebagainya.

Banyak sering terjadinya kesalahpahaman dari jaman dulu hingga sekarang bahkan masa yang akan datang dalam memaknai sesuatu karena perbedaan dari konsep yang dimiliki oleh masing – masing manusia. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan konsep?

Konsep adalah Suatu pendapat, ide, pikiran, dan prinsip pemahaman berdasarkan dalil atau argumen yang dimiliki untuk menguatkan idenya. Apapun yang ada dijagad raya ini adalah konsep. Manusia adalah konsep, hewan

adalah konsep, tumbuhan adalah konsep, alam adalah konsep. Karena semua itu tercipta berasal dari olah pikir manusia, pikiran manusia. Dan yang sering membuat hancurnya dunia ini karena perbedaan konsep saja. Misal: dalam agama terjadi perang konsep manusia bertuhan dan manusia yang tidak percaya tuhan. Sehingga kalau kita sadar semua apa yang diucapkan, dituliskan oleh manusia akan menimbulkan keragaman pendapat dan perdebatan sesuai dengan kapasitas otak orang yang memahami suatu konsep itu.

Maka adanya isme – isme (aliran) semua itu karena konsep saja. Anda punya konsep juga dipersalahkan. Anda tidak punya konsep juga dipersalahkan, anda tidak terikat pada satu konsep saja juga dipersalahkan. Atau ungkapan lainnya, anda Bicara salah, Anda Diam, salah, and tidak bicara dan tidak diam adalah salah. Karena itu semua hasil dari pikiran yang menciptakannya.

MENGENAL DIRI merupakan langkah awal untuk memahami makna, arti dan simbol dalam kehidupan ini. Keberadaan kehidupan antara manusia dan makhluk lain yang ada di alam semesta ini merupakan perwujudan dari Existence of the Creator and His Creation (Tuhan & Ciptaan- Nya).

Dalam buku Sastrojendro – Ilmu Pengendali (Knowing the Self – Mengenal Diri) mengungkapkan bagaimana perilaku manusia dalam usaha mencari jati dirinya. Dalam pencariannya dari segala penjuru ilmu pengetahuan dipakai untuk membantu memahami Jati Diri, sehingga berbagai pendapat atau pandangan digunakan antara lain:

·         Pandangan Religius

·         Pandangan Filsafat Jawa

·         Pandangan 4 pilar utama

·         Pandangan ilmu pengetahuan yang ada di jagad raya ini.


Yang intinya adalah Mengenal Diri akan dapat menumbuhkan Kesadaran Murni untuk menciptakan budi pekerti luhur bagi para generasi muda, taruna muda, satria nusantara dalam hidup bermasyarakat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga Bangsa Indonesia bisa menjadi Bangsa yang besar dan berwibawa serta menjadi Tuan

Rumah (majikan) di negerinya sendiri bukan menjadi bangsa budak (buruh) yang selalu menurut dengan segala aturan serta ideologi dari manca negara yang telah dimasukkan kedalam segi – segi pendidikan budaya, seni, agama dan sosial, ekonomi dalam kehidupan di masyarakat yang sistimatis dan berujung pada perpecahan dalam diri bangsa ini.

Maka Pancasila sebagai dasar negara dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan hidup bangsa ini harus diterapkan dan diamalkan langsung di kehidupan nyata oleh seluruh warga negara Indonesia.

Semoga buku ini terus memberikan inspirasi kepada generasi penerus yang masih cinta dengan budaya bangsa sendiri.

 

 

Kediri, June 2010

 

 

Achmad Baihaqi, M.Sc.

 

 

Forewords

The Javanese Culture is the way of life Javanese to gain the perfection of human beings. The way of life means understanding and knowing how to apply. The understanding of life (methods) teaches who the human beings are actually and teaches what the obligations of the humans themselves have to do, while the methods teach the way of good life in the past, present and future. The way of life of Javanese people always keep a harmony with surroundings. Therefore all kinds of existences such as personal characters, other people and anything outside of the self should be accepted to nurture the human characters aimed at the perfection of living.

The Javanese people have certain characters from the secure “Slamet” situation, so that what all humans do should produce the conducive and peace as well as secure condition. The condition can be achieved when the pairs of living (such as live – dead, male – female, day and night and so on) are harmonious. To maintain the harmonious condition, the Javanese people should avoid all troubles disturbing the harmony and they should be able to recover all problems to take back the harmony. The aim of ultimate life through harmony is to achieve the main ideas of Javanese people that is the Unity between human beings and God. The goal can be obtained when the Javanese can be a wholly perfect man or to be Aji Saka (The powerful Item) through Kalimasada (the wise and compassionate deeds).

In this writing of SastraJendra – Ilmu Pengendali, Knowing the Self Mengenal Diri, the author much stresses the importance of comprehending the original cultures of Nusantara especially the Javanese cultures from philosophical viewpoints through the daily utterances such as Ojo Dumeh (Do not be too proud of….) Andap Asor (humble hospitality) Sepi ing Pamrih (No tendency in helping others) and so on.

A great number of people often find misunderstanding from the ancient ages till now even in the future to comprehend something due to the different concept of their own individually. What does a concept actually mean?

 

 

Concept is a kind of opinion, idea, thought, and principle, comprehension of certain argument to enhance the opinion or idea. Whatever exists in the universe is concept. Human is concept, fauna is concept, flora is concept, and universe is concept since all of them are created by human’s thought. And it often creates destructions to the world because of the different concept only. For instance: in religious affairs, the conceptual wars between believers and unbelievers often happen. When we are really aware that all statements are uttered verbally or written has a consequence of the variety of thoughts and causes the argumentations according to the human’s brain- capacities to understand the concept.

All isms, therefore, exist due to the different concept. You own a concept it could be wrong, you have no concept it could be wrong, you are not affiliated to a certain concept, you will be considered deadly wrong. Or in other words, you speak is wrong, you silence is wrong, you neither speak nor silence remains wrong, since all of them are results of human’s thoughts.

KNOWING THE SELF is the first step to understand implicitly and explicitly meanings and symbols of life. The existence of life among human beings and other creatures in this universe is the manifestation of Existence of the Creator and His Creation (God and His creations).

This book exposes how human beings try to search their own selves. In searching of the self, many fields of study or knowledge are used to help comprehend the real Self. Consequently, many perspectives including:

·         Religious viewpoints

·         Javanese Philosophies

·         4 main pillars

·         All sciences in the universe are adopted.

 

The main point is that Knowing the Self will at least enhance the pure awareness to create the glorious characters of mind for the young generations, young knights of Nusantara in daily life under the Unitary State of the Republic of Indonesia. Hopefully, this nation becomes the greatest and honorable nation as the  host in their own state

/nation not as the slave that always comply with all  rules as

well as ideologies from abroad which have penetrated systematically in many fields of education, cultures, arts, religions, social, economy in daily life that have threatened the unity of this nation.

Pancasila, therefore, as the state foundation and Bhinneka Tunggal Ika (Diversity in Unity) as the national motto must be applied in daily life by all citizens of Indonesia.

Hopefully, this book can give much inspiration to the youths as patriots to love sincerely their own cultures and traditions.

 

 

Kediri, June 2010

 

 

Achmad Baihaqi, M.Sc.

 

 

 

Daftar Isi:

 

Judul                                                             i


Acknowledgement – First Edition                     iii

Acknowledgement – Second Edition                 iv

Kata Pengantar                                               v

Forewords                                                      viii

Daftar Isi                                                        xi

Unit 1 Mengenal Diri                              1

Unit 2 Unsur – Unsur                               3

Unit 3 Fakta Ketidakkekalan                   6

Unit 4 Sebab Musabab                            8

Unit 5 Jalan Menuju Ketenangan             22

Unit 6 Unsur Alam                                  29

Unit 7 Pandangan Religius                      35

Unit 8 Pandangan Filsafat Jawa              42

Unit 9 Wejangan Kesempurnaan Hidup    51

Unit 10 Perilaku Manusia Nusantara        72

Unit 11 Wong Jowo Lali Jawane             95

Unit 12  Satria Nusantara Bangkit            126

Penutup        178

 

Cara meditasi                                       190

Glosarry                                                         195

Bibliografi     235

 

 

MENGENAL DIRI merupakan langkah awal untuk memahami makna, arti dan simbol dalam kehidupan ini. Keberadaan kehidupan antara manusia dan makhluk lain yang ada di alam semesta ini merupakan perwujudan dari Existence of the Creator and His Creation (Tuhan & Ciptaan-Nya).

Dalam buku Sastrojendro – Ilmu Pengendali (Knowing the Self – Mengenal Diri) mengungkapkan bagaimana perilaku manusia dalam usaha mencari jati dirinya. Dalam pencariannya dari segala penjuru ilmu pengetahuan dipakai untuk membantu memahami Jati Diri, sehingga berbagai pendapat atau pandangan digunakan antara lain:

·         Pandangan Religius

·         Pandangan Filsafat Jawa

·         Pandangan 4 pilar utama

·         Pandangan ilmu pengetahuan yang ada di jagad raya ini.

Yang intinya adalah Mengenal Diri akan dapat menumbuhkan Kesadaran Murni untuk menciptakan budi pekerti luhur bagi para generasi muda, taruna muda, satria nusantara dalam hidup bermasyarakat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga Bangsa Indonesia bisa menjadi Bangsa yang besar dan berwibawa serta menjadi Tuan Rumah (majikan) di negerinya sendiri bukan menjadi bangsa budak (buruh) yang selalu menurut dengan segala aturan serta ideologi dari manca negara yang telah dimasukkan kedalam segi – segi pendidikan budaya, seni, agama dan sosial, ekonomi dalam kehidupan di masyarakat yang sistimatis dan berujung pada perpecahan dalam diri bangsa ini.

Maka Pancasila sebagai dasar negara dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan hidup bangsa ini harus diterapkan dan diamalkan langsung di kehidupan nyata oleh seluruh warga negara Indonesia.

xiii

 

Semoga buku ini terus memberikan inspirasi kepada generasi penerus yang masih cinta dengan budaya bangsa sendiri.