Jumat, 19 Agustus 2011

WAYANG MBAH GANDRUNG

by Achmad Baihaqi (Bilingual Version)

Kotak isi Wayang Mbah Gandrung sedang dipikul 2 orang
menuju lokasi pementasan
 Gong , rebab, dan gambang Wayang Mbah Gandrung sedang dipikul
orang menuju lokasi pementasan
Lakon Wayang mbah Gandrung berdasarkan “Wangsit” kepada dalang seperti:
  • Damarwulan
  • Barong Skeder
  • Inti atau isi cerita wayang Mbah Gandrung adalah cerita Majapahitan.
Jenis gamelannya hanya:
1.    Gong
2.    Gambang
3.    Rebab
4.    Kendang (Gendang)


Untuk nonton video click here.
<Kediriinternationalschools.blogspot.com>

Jenis irama laras gamelannya tidak pelog dan juga tidak selendro. Ya begitu adanya. Gamelan tidak bisa berirama selaras seperti gamelan Wayang Kulit . Gendingnya hanya awun – awun, jakung dengan gandrung – gandrung (asmaradana). Wayang Mbah gandrung tidak ada “sinden” – penyanyi yang diringi gamelan. Jadi ketika dipentaskan hanya 5 peserta pementas wayang yaitu:
1.     Dalang
2.     4 penabuh (Gong, Gambang, Rebab dan Kendang)
Dan ditambah 4 orang pemikul wayang dalam perjalanan.
Pementasan Wayang Mbah Gandrung bisa siang antara jam 10.00 samapi jam 13.00 (1 siang). Dan malam antara jam 21.00 (9 malam sampai 24.00 (12 malam) tergantung dari permintaan yang mempunyai nadzar. Ketika pentas malam untuk lampu penerangannya adalah “blencong” (lampu minyak kelenthik atau minyak kelapa). Sisa dari minyak yang ada di blencong tidak bisa dipakai untuk menggoreng. Karena ini merupakan wasiat. Hanya sekedar dipakai untuk minyak rambut saja atau minyak untuk dioleskan ke tangan atau kaki (tubuh) saja.
Keunikan lain wayang mbah Gandrung adalah cerita wayang akan dipentaskan menunggu dari “wangsit” (petunjuk gaib) kepada si dalang.
Makna wayang “Gandrung” adalah senang. Senang disini adalah senang menolong sesama manusia yang mempunyai permasalahan supaya bisa hidup bahagia. Wayang Mbah Gandrung itu terdiri dari Wayang Mbah Gandrung Kakung (pria) dan Wayang Mbah Gandrung Putri (wanita). Sehingga sebutannya hanya “Mbah Gandrung dan Nyai Gandrung”
Tokoh utama dalam Wayang Mbah Gandrung adalah:
1.    Wayang Mbah Gandrung Kakung
2.    Wayang Mbah Gandrung Putri
3.    Joko Luwar
4.    Raden Sedono Popo. (sebagai Senopati atau panglima perang)
Joko Luwar adalah sebagai simbol bahwa ucapan atau janji (nadzar sudah dilaksanakan = berhasil diatasi permaslahannya).
Mbah Jimbun Hadiningrat adalah “Cikal Bakal” atau orang yang babad pertama daerah Pagung. Mbah Jimbun adalah seorang Ksatria dari keraton yang mengadakan Lelono (perjalanan untuk mendapatkan ilmu tentang kaweruh kejawen) asal kerajaan diperkirakan adalah keturunun kerajaan Majaphit atau mungkin berasal dari keraton Surakarta  atau Keraton Jogyakarta tetapi tidak jelas. Beliau ada di daerah Pagung karena “mbentur topo” atau berusaha memperoleh ilmu dengan jalan bertapa ke daerah terpencil. Ketika membabad daerah Pagung jaman dulu masih berupa hutan belantara.
Semua pelaku atau orang – orang yang mendalang, menabuh gamelan serta mengangkat (pemikul) kotak wayang mbah Gandrung adalah orang – orang “tunjukan secara gaib” oleh Mbah Gandrung sendiri sehingga bukan setiap orang berhak menjadi dalang atau penabuh bahkan pengangakat (pemikul) wayang mbah Gandrung tersebut. Disinilah keunikan ciri khas dari keberadaan Wayang Mbah Gandrung dari jaman dahulu hingga sekarang ini.
Sementara itu Supani, Kepala Desa Pagung, yang sekaligus pemangku adat untuk Wayang Mbah Gandrung menambahkan bahwa Wayang Mbah Gandrung pasti “digebyakne” - dipentaskan pada bulan Suro menurut kalender Jawa atau bulan Muharam (kalender Hijiriah) setiap tahun. Mengenai harinya tergantung kesepakatan para sesepuh adat Wayang Mbah Gandrung antara lain: mbah Lamidi, mbah Kandar Dalang, dan sesepuh lainnya.
Asal mula keberadaan Wayang Mbah Gandrung ketika ditanyakan kepada para sesepuh, baik mbah Lamidi, mbah Kandar Dalang maupun kepada Supani, Lurah Pagung pun, ketika dihubungi secara terpisah mereka nampaknya memberikan jawaban yang sama yaitu menurut mbah – mabh atau nenek moyang mereka bahwa itu merupakan misteri yang belum terpecahkan.
Namun begitu mereka masing – masing memberikan cerita yang hampir sama tentang asal mula Wayang Mbah Gandrung.

Asal mula (Sangkan Paran)Wayang Mbah Gandrung dapat diringkas dalam cerita seperti berikut ini:

Pada jaman dulu di daerah Pagung terjadi hujan deras. Karena derasnya sungai di daerah Pagungpun meluap sampai ke perkampungan warga. Ketika itu disungai yang deras menagalir ada sebatang kayu jati besar dan ikut mengalir diperkampungan warga.
Masyarakat berusaha mengembalikan kayu itu ke sungai namun kayu itu menunjukkan keanehan. Setiap kali dihanyutkan ke sungai kayu itupun menepi seakan tidak mau hanyut.
Ketika itu masyarakat berusaha membawa kayu jati itu kepada Raden Jimbun Hadiningrat, seorang pinisepuh “Cikal Bakal” yang membabad pertama kali daerah Pagung.
Karena beliau sudah tua dan paham akan tata administratur pemerintahan maka beliau memerintahkan masyarakat untuk membawa kayu tersebut kepada Kidemang. Demang pada saat itu adalah Raden Proyosono.
Demang merupakan jabatan pemerintahan di jaman Belanda. Sedangkan gelar Raden merupakan gelar yang diberikan kepada kerabat keraton sebagai kelompok priyayi.
Kidemang Raden Proyosono mengetahui kayu jati yang besar itu maka beliau memerintahkan untuk dibelah untuk dijadikan kayu bakar atau digunakan kayu untuk bangunan rumah.
Namun apa yang terjadi, kayu itupun tetap menunjukkan keanehan. Tak seorangpun mampu membelahnya. Maka Kidemang mengadakan sayembara siapa yang bisa membelah kayu jati itu akan mendapatkan hadiah.
Maka datanglah seorang pemuda tampan dari puncak gunung Wilis. Dia mengikuti sayembara itu dan  dapat membelah kayu jati tersebut. Dan anehnya didalam kayu jati itu ada dua buah wayang kayu. Wayang itu menggambarkan seorang figur kesatria yang tampan dan figur seorang wanita cantik.
Setelah terbelah maka pergilah pemuda tampan tersebut sebelum hadiah diberikan dan menghilang. Kidemang yang berasal dari keraton tentunya merasakan keanehan itu dan mendapat “wangsit” atau pentunjuk bahwa wayang kayu tersebut menggambarkan dua sejoli yang sedang “Gandrung”. Gandrung berarti kasmaran.
Karena keanehan yang dimiliki kayu jati itu maka Kidemang Raden Proyosono memberikan sebutan “Wayang Mbah Gandrung”.
Pada mulanya dua wayang kayu itulah yang disimpan dalam peti kayu jati yang berasal dari belahan kayu hanyut tersebut.
Beberapa hari kemudian kidemang mendapatkan petunjuk lagi bahwa beliau diberi wayang kayu yang menggambarkan pemuda tampan dan bisa mengatasi masalah. Dan selanjutnya ternyata wayang kayu itupun muncul ada dengan sendirinya.
Karena Kidemang peka terhadap hal – hal semacam itu,maka beliau memberikan nama wayang kayu ketiga itu dengan sebutan  “Joko Luar” yang berarti seorang pemuda yang bisa mengatasi masalah. Dan satu wayang lagi dengan sebutan R. Sedono Popo sebagai senopati atau Panglima perang.
Kemudian wayang Joko Luar dan R. Sedono Popo itupun di masukkan satu kotak dengan wayang Mbah Gandrung. Kotak itu berasal dari kayu jati yang hanyut disungai itu juga.
Tokoh Wayang Mbah Gandrung meliputi:
1.     Wayang Mbah Gandrung Kakung
2.     Wayang Mbah Gandrung Putri
3.     Wayang Joko Luwar
4.     Wayang Sedono Popo (senopati = Panglima Perang)
Sedangkan tokoh Semar merupakan Wayang Pengayom bagi masyarakat Jawa. Namun demikian bentuk wayang Semar di dalam Wayang Mbah Gandrung berbeda dengan Wayang Semar di dalam wayang kulit (purwo). Inilah salah satu keunikan dari Wayang Mbah Gandrung.
Figur Semar dalam Wayang Mbah Gandrung berambut panjang terurai dan wajah hampir mirip seperti figur Togog dalam wayang kulit.Sedangkan wayang – wayang lainnya adalah figur wayang tambahan sebanyak kurang lebih 40 buah dengan figur seperti wayang kulit (purwo) dalam bentuk pakaian atau hiasannya dan tetap tidak ada nama pasti seperti figur wayang kulit sedangakn bahan tetap terbuat dari kayu.
  
Pembukaan dengan Selametan.

Acara ritual untuk pementasan Wayang Mbah Gandrung adalah mengadakan selamatan masakan tradisional orang Jawa.Biasanya masakan untuk selamatan Ritual adalah “Tumpengan” menyembelih ayam jantan atau jago sebagai salah satu syarat. Ayam jago biasanya dimasak dalam keadaan utuh tanpa dipotong kecil – kecil. Keadaan ayam utuh itu biasa disebut dengan “ayam ingkung (engkung)” yang berasal kata “mekung-kung” keadaan disembelih dengan dikeluarkan isi atau jeroannya dan dibiarkan dalam terlentang dalam kuwali (tempat mamasak nasi atau air). Ayam ingkung biasa dimasak dalam masakan lodoh atau bumbu kuning. Atau dibikun ayam panggang. Selain ayam ingkung juga ditambah dengan nasi putih atau nasi gurih atau nasi kuning. Selain itu juga disertai lauk pauk lainnya semacam “sambal goreng kentang / daging”. Ada lagi tambahan biasanya hasil panen seperti, ketela , umbi, kacang, buah atau hasil panen petani lainnya. Biasanya bahan makanan yang digunakan bisa dimakan bersama. Secara ringkas makanan “Tumpengan” untuk selamatan adalah:
1.    Ayam jago ingkung
2.    Nasi putih dan nasi kuning dibentuk kerucut
3.    lauk pauk tambahan
4.    jenang petak (putih) dan jenang abrit (merah)
5.    hasil bumi seperti ubi, kacang, uwi, gothe
6.    dan masih banyak tambahan lainnya.

Dalam acara pementasan Wayang Mbah Gandrung, pemimpin doa selametan adalah Mbah Kandar Dalang. Dalam membaca do’a atau mantra mbah Kandar menggunakan bahasa Jawa.

Berikut cuplikan do’a yang dipimpin oleh Mbah Kandar sebelum pementasan Wayang:
“...wiwitan dateng nenuwun marang Gusti iangkang sampun maringi seger kuwarasan dumateng kita sedoyo tyangsepuh kalian anem ingkang rawuh dateng mriki sedoyo, mugi – mugi kaparingono seger kuwarasan slamet wilujeng sedoyo......” –

“ pertama – tama meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa atas melimpahkan kesehatan kita semua baik yang muda maupun yang tua yang telah hadir disini, semoga semuanya mendapatkan kesehatan dan keselamatan dan kesejahteraan semua” ........(Nggih = iya, ucapan para hadirini) 
 Mbah Kandar Dalang
Sedang memimpin do’a pembukaan pagelaran
Wayang Mbah Gandrung

“.......kagem kiblat papat limo pancer, kagem ibu kowo bopo kuoso ibu bumi,kito kirim memetri dinten seloso legi ing wulan suro taun dal kagem pepundene deso Pagung, ngudi pangestu nipun dumateng ........ing wulan suro taun dal kajatipun nggebayaken wayang mbah gandrung ...pepundene ingkang wonten deso pagung – mbah Gandrung, mbah Semar, mbah joko Luwar, mbah Raden (Sedono popo) ing dinten seloso legi wulan suro taun dal puniko mugiyo kito sedoyo angsal pinayungan keselametan ing taun dal puniko....pinaringono keselametan ayem tentrem tiyang sepuh anem ingkang rawuh dateng mriki sedoyo.... (Nggih) ...niat ingsun ngajataken nyaosi dahar ing ayam panggang songo, tumpeng.... niatipun nyaosi raos dahar kagem Mbah Gandrung, Mbah Semar, Mbah Joko Luwar, Mbah Raden Sedono Popo sak puggawanipun dicaosi dahar ing dinten seloso legi wulan suro mugi sageto paring idi keselametn dumateng dusun pagung mugi diparingonon wilujeng, tentrem mboten wonten reribetan menopo – menopo... sak aturan malih mugi...paring idi pangayoman anggenipun lelampahan gesang sageto....wilujeng ...(nggih)...lan wayang dipun damel ing taun dal pinaringono wilujeng...tentrem...(nggih) ............................................jenang petak, jenang abrit, ........lan ingkang dipun degi griyo..... .pinaringono................ing taun dal.....samaring taun.....etangan wuku.............nasing wuku...........rijalolah......nogo taun......sedoyo dipun caosi raus rujak duku.......mirsani.........angengudi pangayoman...lenggah ing taun dal ingkang dipu lelampahi .......pinaringono... ayem tentrem, wilujeng ing nyambut damel..........lan wilujeng mboten wonten lir ing sambikolo.............

* * Do’a lebih lanjut tersedia dalam kaset VCD Pagelaran & Buku * *
FOR VIDEO CLICK HERE.
 
Baca lebih lanjut dalam Buku WAYANG MBAH GANDRUNG oleh R. Joko Prakoso & Achmad Baihaqi M.Sc.  diterbitkan oleh Kabupaten Kediri 2010 ISBN 978 – 602 – 98016 – 0 - 6

Always join us through this Blogspot:
<Kediriinternationalschools.blogspot.com>

For further information please contact:
Jocelyne & Vanity
Jln. Wisma Podomoro A/3 no 1, 64114
Kediri – East Java.
Phone: 0354 – 7150570
HP: 08563482742

Selasa, 16 Agustus 2011

ANALYTICAL EXPOSITION TEXT


 by Achmad Baihaqi (Bilingual Version)
Bila anda ingin membuat Pengumuman atau Propaganda, anda bisa melihat itu dalam text Analytical  Exposition. Dalam text ini berisi kalimat yang mempengaruhi pembaca dengan memberikan argumen dan mengarahkan sipembaca untuk mengikuti atau mempengaruhi pola pikir / pendapatnya.:
Dalam text ANALYTICAL EXPOSITION  ada bagian-bagian:
1.    A thesis yaitu topik yang dibicarakan.
2.    Arguments yaitu penjelasan atau argumen untuk mendukung topik / thesis.
3.    Reiteration yaitu penyataan ulang dari topic yang diungkapkan diawal.


ANALYTICAL EXPOSITION TEXT:


Purpose: To persuade the readers by forwarding arguments. To analyze or elaborate ‘how’ and ‘why’

Generic Structure:
·         A thesis
        It contains a topic that will be discussed
·         Arguments
It consists of the elaboration or explanation as arguments to support the topic in a thesis.
·         Reiteration
It contains a re-statement of the writer dealing with the topic given in the early thesis.


The Importance of having a dictionary

I have been thinking for a long time. How can I be clever at mastering a language? All of sudden, a   sort of novel idea comes to my mind. It is a good dictionary what language learners need to have. Why is it so?
Firstly, a good dictionary can help you. When you learn a language, you are actually learning words, thousands of words. All words are available in the dictionary.
Secondly, a good dictionary also contains a lot of patterns of words or grammatical patterns. You can look up the patterns in the dictionary.
Thirdly, a good dictionary is the best teacher. The reason of this is very simple. When you find new words out of class or school, your teacher is not always there to help you. Who else can help you there? That is the dictionary.
Fourthly, a good dictionary can be a good friend any time, anywhere, because you can carry and read it in the morning, in the afternoon, in the middle of the night whether in the studying room, in the living room, out of class, out of house or where ever you stay.
Thus, based on the facts above I can conclude that every language learner must require a good dictionary.

<Kediriinternationalschools.blogspot.com>